Azzam - Membangun Kesadaran Sosial dengan Tuntungan Ground Board Game

Terlepas dari pentingnya kepekaan sosial dan berpikir kritis dalam membangun karir dan masa depan seseorang, teman-teman di sekitar Azzam bersikap apatis. Sadar akan hal ini, Azzam ingin mengubah situasi di daerahnya dengan menaruh perhatian pada metode belajar sambil bermain dengan board game.
Azzam AYC Indonesia
Source: Azzam

Sejak permainan online menjadi marak, Azzam menyadari bahwa teman-teman di sekitarnya berubah menjadi apatis dan tidak lagi tertarik untuk mengembangkan potensi diri mereka di era modern ini. Ditambah lagi, tahun 2045 diperkirakan akan terjadi bonus demografi, di mana penduduk usia produktif akan meningkat. Seharusnya hal tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia. Namun jika pemuda di usia produktif tersebut tidak mengembangkan potensi dan mempelajari kemampuan pemecahan masalah yang baik dalam menghadapi tantangan masa kini, yang terjadi hanyalah lonjakan penduduk yang tak terkontrol. 

Azzam berasal dari sebuah desa yang asri bernama Tuntungan di Deli Serdang, Sumatra Utara. Di usianya yang ke-15, Azzam sudah menoreh banyak prestasi dengan mendirikan gerakan berbasis komunitas bernama Anak Muda Hebat pada tahun 2016. Azzam sendiri bukanlah anak yang kaku. Dia juga mempunyai cara tersendiri untuk bersenang-senang, yaitu dengan bermain board game.

Board game menjadi sarana bagi Azzam untuk bergaul dengan teman-temannya sembari mengasah keterampilan baru seperti memecahkan masalah secara individu dan kelompok, menghormati perspektif pemain lain, dan berpikir kritis.

Azzam dan Anak Muda di Sekitarnya

Setelah mengikuti konferensi Caretakers of the Environment International (CEI) di Amerika Serikat dan Austria pada tahun 2017, Azzam semakin menyadari bahwa kesadaran anak muda Indonesia terhadap aktivitas sosial masih sangat jauh tertinggal dengan teman-teman mancanegara yang ia temui di konferensi tersebut.

Terinspirasi dari seorang filsuf terkemuka, Al-Ghazali, Azzam menyadari bahwa setiap orang perlu memahami siapa dirinya dan apa tujuan hidupnya. Bagi Azzam, ia ingin menghadirkan kebahagiaan bagi banyak orang, dan dengan cara itu dirinya sendiri pun bisa bahagia.

Jiwa sosial Azzam telah dipupuk sejak dini oleh kedua orang tuanya, yang merupakan pendiri dari lembaga sosial dan pendidikan di Deli Serdang. Sejak kecil, Azzam sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerelawanan. Meski lelah, namun ia menemukan ketenangan dan kebahagiaan dari aktivitas tersebut. 

Dari situlah, Azzam mulai ingin melakukan sesuatu yang lebih, dibanding dari yang telah ia lakukan selama ini. Ia merasa dirinya harus bisa hadir dengan solusi yang tidak hanya berdampak dalam menangani sebuah isu, namun juga bisa membawa kebahagiaan.

Azzam dan Board Game: Apa yang Bisa Dilakukan?

Azzam sangat mengagumi kemampuan teman-teman mancanegara yang ia kenal dari konferensi CEI di tahun 2017. Mereka sangat lihai dalam mengkritisi masalah yang terjadi di negara mereka, memetakan sebab-akibat dari permasalahan tersebut, serta mencetuskan solusi yang meski terdengar sederhana, namun berdampak.

Inspirasi itu kembali dipupuk oleh teman Azzam yang sangat lihai bermain board game dan terus-menerus mengalahkan Azzam. Ternyata, alasannya bisa menang adalah karena ia memahami seluk-beluk board game. Ia pun menantang Azzam untuk melakukan hal serupa. Sejak saat itu, Azzam berusaha mendalami dunia board game dengan membaca jurnal tentang pembelajaran berbasis game, menonton video ulasan board game, memainkan board game lokal maupun impor, serta berdiskusi dengan seorang pakar board game Indonesia: Eko Nugroho.

Proses yang panjang itu membuahkan hasil: pada tahun 2018 Azzam dan timnya meluncurkan Tuntungan Ground Board Game. Nama 'Tuntungan' diambil dari daerah asal Azzam di Deli Serdang yang meski memiliki beragam etnis dan latar belakang, warganya mampu menyelesaikan masalah secara kolaboratif. Semangat inilah yang ingin Azzam angkat dalam permainan yang ia ciptakan. 

Azzam membangun tim bersama tiga temannya dari dua kota yang berbeda, yaitu Adeeva dari Baturraden, serta Rynthan dan Rara dari Bengkulu. Dengan kemajuan teknologi, jarak bukan lagi menjadi alasan yang menghambat seseorang untuk bisa bekerja bersama-sama. Setiap anggota tim berkontribusi dalam pengembangan Tuntungan Ground Board Game sesuai kekuatan masing-masing: Adeeva dengan kemampuan sastranya, serta Rynthan dan Rara dengan pengalaman kerelawanannya di bidang edukasi dan lingkungan.

Sebagai seorang pelajar, Azzam dan timnya perlu mengatur waktu antara sekolah dan Tuntungan Ground. Oleh karena itu, diskusi tim seringkali dilaksanakan pada malam hari melalui telepon atau platform konferensi video secara daring. Pada kesempatan tertentu, mereka dapat bertemu secara langsung ketika menghadiri sebuah konferensi bersama di beberapa kota, seperti Bogor dan Istanbul.

Keberadaan anggota tim yang tersebar di tiga daerah memberi keuntungan tersendiri dalam proses pengembangan Tuntungan Ground Board Game. Mereka dapat menguji coba rancangan awal board game di berbagai sekolah dan komunitas setempat serta mengumpulkan umpan balik dalam waktu yang relatif singkat. Tuntungan Ground Board Game terus bertumbuh dengan kritik dan saran yang mereka terima dari sejumlah pihak. Azzam dan timnya berharap agar board game yang mereka buat dapat menjadi sarana anak-anak muda untuk mengembangkan diri dan potensinya.

Tuntungan Ground Board Game dan Masa Depan Anak Muda 

Tuntungan Ground Board Game mengajak para pemain untuk menjadi sosok pahlawan yang memecahkan masalah di sekitarnya dan melawan monster. Permainan ini idealnya dimainkan oleh 4-8 orang berusia 14-18 tahun, dan satu kepala suku. Setiap pemain dihadapkan dengan masalah sosial dan lingkungan yang muncul akibat ulah si "monster" yang harus mereka selesaikan menggunakan kekuatan dari tokoh cerita rakyat: Si Pitung, Si Kancil, dan Malin Kundang. Semakin kompleks masalah yang berhasil mereka pecahkan, semakin tinggi poin yang didapat.

Kini, Tuntungan Ground Board Game telah dimainkan oleh lebih dari 100 siswa dari 6 sekolah di 4 provinsi, yaitu Bengkulu, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan DKI Jakarta. Selain kritik dan saran, Azzam juga menerima banyak tanggapan positif dari para pemain tentang bagaimana permainan itu meningkatkan kepekaan mereka terhadap isu di sekitarnya dan memicu kreativitas untuk memecahkan masalah. Di samping itu, mereka juga belajar tentang muatan budaya dari tokoh cerita rakyat yang diangkat di Tuntungan Ground Board Game.

Ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia, Azzam mengalami hambatan dalam memperluas pergerakan inisiatifnya dan menjangkau pelajar di wilayah lain. Untuk itu, ia berusaha mengembangkan versi daring dari board game ini tanpa menghilangkan aspek penting seperti interaksi fisik antar pemain, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kritis.

Dengan hadirnya Tuntungan Ground Board Game, Azzam berharap dapat mendorong anak muda di Indonesia menjadi pembaharu yang mampu melawan 'monster-monster' dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari sekadar menang atau kalah dalam permainan, memecahkan masalah dan membawa perubahan merupakan sebuah proses yang dinamis. Ke depan, ia berencana untuk mengembangkan board game serupa untuk kelompok usia yang lebih muda (di bawah 12 tahun) agar keterampilan pembaharu itu dapat dipelajari sedari kecil.