Rere - Membangun Budaya Multiliterasi Sejak Dini

Di antara kegemaran membaca dan banyaknya buku di rumah, sebuah ide muncul di benak Rere untuk membuka pusat “multiliterasi” guna mendorong budaya membaca dan menulis, serta budaya pembaharuan melalui mengekspresikan pikiran, menyuarakan pendapat, dan menghasilkan konten positif.
Rere AYC Indonesia
Source: Ashoka Indonesia

Di dunia dimana setiap orang adalah agen perubahan – Everyone a Changemaker world, solusi akan berkembang melampaui masalah. Rere memulai perjalanannya membuat perubahan untuk melakukan hal tersebut; mendorong teman-temannya untuk menciptakan konten positif sehingga dapat berkembang melampaui berita negatif yang tersebar di media. Dengan bantuan teman-teman dan orang tua, Rere membuka pusat literasi di rumahnya untuk memicu perubahan budaya ini. Dipandu oleh prinsip musyawarah-mufakat, sebuah praktik pengambilan keputusan secara konsensus melalui diskusi inklusif, Rere dan timnya menciptakan lingkungan di mana perubahaan dapat tumbuh dengan baik.


Amarylisse Mc Ganz, atau lebih dikenal sebagai Rere, telah menumbuhkan kecintaan akan membaca sejak kecil karena sang ibu sering membacakannya dongeng sebelum tidur. Tumbuh di Magelang, Jawa Tengah, dengan rumah yang penuh buku, teman-teman Rere kerap datang untuk bermain dan membaca bersama. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi seluler dan smartphone, Rere menemui kurangnya penekanan pada membaca di masyarakat setempat. Menurut pengalaman Rere, membaca dan menulis bukan hanya sebuah keterampilan yang diperlukan, tetapi juga jalan untuk eksplorasi diri, inspirasi, dan pembaharuan. 

Terinspirasi oleh kekuatan cerita dan antusiasme teman-temannya, Rere mendirikan Rumah Baca Mc Ganz pada tahun 2014, ketika ia berusia 10 tahun, untuk menumbuhkan minat serta keterampilan membaca dan menulis di kalangan anak-anak dan remaja. Dengan berkembangnya literasi di generasi muda, diharapkan mereka dapat menemukan inspirasi melalui membaca, serta menulis untuk mengekspresikan suara mereka, mengasah empati, dan menghasilkan konten positif agar dapat menyaingi penyebaran narasi negatif atau pun informasi hoax. 

Kini, di usianya yang ke-14, Rumah Baca Mc Ganz meliputi perpustakaan mini dengan koleksi buku-buku yang dapat dibaca dan dipinjam oleh anggotanya yang terdiri dari anak pra-sekolah hingga sekolah menengah dan umum, serta kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kaum muda, seperti lokakarya penulisan, outbound, olahraga, kegiatan keagamaan dan program amal mingguan. Alih-alih hanya berfokus pada membaca dan menulis, kegiatan ini menciptakan lingkungan yang menunjukkan kepositifan dan pembaharuan, itulah sebabnya Rere menyebut inisiatifnya sebagai strategi “multiliterasi”. 

Buku-buku di perpustakaan Rere berasal dari koleksi pribadi dan program donasi pemerintah nasional Indonesia. Rumah bacanya memenuhi syarat untuk tergabung dalam program tersebut karena terdaftar secara resmi di Departemen Pendidikan Indonesia, pada lapak donasi buku.kemdikbud.go.id. Pada tanggal 17 setiap bulannya, penduduk di berbagai penjuru Indonesia dapat menyumbangkan buku-buku mereka di kantor pos setempat, yang kemudian akan disalurkan secara gratis ke komunitas, rumah baca, serta perpustakaan umum yang membutuhkan.

Dengan menulis, meski hal sekecil apa pun, kita bisa berbagi ide dan menginspirasi teman-teman di luar sana.

Tim Rere terdiri dari enam teman sebayanya, yang secara kolektif melakukan brainstorming tentang program yang akan dijalankan dan melaksanakan kegiatan mingguan Rumah Baca Mc Ganz bersama para anggota perpustakaan yang aktif. Dengan rasa saling menghormati dan budaya berbagi ide secara terbuka, mereka mempraktikkan musyawarah-mufakat, atau pemecahan masalah melalui diskusi inklusif untuk memastikan bahwa suara setiap anggotanya didengar. Di samping itu, orangtua Rere juga mendukung berlangsungnya inisiatif ini mulai dari memberi masukan ketika diskusi hingga menawarkan bantuan logistik. 

Keberadaan Rumah Baca Mc Ganz membawa dampak positif di sekitarnya dengan lebih dari 100 anak muda semakin memfokuskan waktu dan energi mereka pada upaya kreatif yang memicu kemampuan mereka dalam membuat perubahan. Beberapa di antaranya telah menjuarai kompetisi menulis, dan timnya telah menerbitkan sebuah buku berjudul "Rumah Sejuta Warna", sebuah antologi dari karya kreatif anak-anak anggota Rumah Baca Mc Ganz.

Rere dan timnya juga membangun klub literasi di sekolah untuk mempromosikan penyebaran pengetahuan dan empati sambil menginspirasi orang lain untuk menemukan suara dan kekuatan mereka melalui buku dan tulisan. Ke depan, Rere berharap untuk memperluas jangkauan inisiatifnya dengan mendorong lebih banyak anak muda berkontribusi dalam penciptaan konten positif untuk kebaikan bersama melalui tindakan sederhana namun nyata: menulis. 

Inti dari inisiatif Rere adalah mendorong anak muda untuk menghabiskan waktu luang mereka pada kegiatan yang berdampak positif bagi kehidupan mereka kini dan nanti. Ia mengikuti prinsip Amar ma’ruf nahi munkar, sebuah frasa dalam bahasa Arab berisi sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan “manusia mengerjakan (hal-hal) yang baik dan mencegahnya dari perbuatan yang munkar (buruk bagi masyarakat)”. Secara khusus, melalui membaca dan menulis, Rere dan timnya mendorong kaum muda untuk memperluas perspektif mreka, menemukan inspirasi, memanfaatkan kreativitas mereka, dan menciptakan perubahan positif untuk kebaikan Indonesia.